Apa Itu Fomo– Fear of missing out (Fomo), Atau dalam Bahasa Indonesia yang artinya “ takut ketinggalan”, Menjadi fenomena dan sindrom yang nyata dan semakin umum dan dapat menyebabkan stress dalam kehidupan seseorang.
Fomo dapat mempengaruhi semua orang, Tetapi beberapa orang merasakan efek samping yang lebih besar dari orang lainnya.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perilaku FOMO. Itu semua kembali kepada bagaimana orang menyikapinya. Karena menjadi FOMO itu masih memiliki manfaat misalnya anti-gagap teknologi, tahu perkembangan sosial budaya dan lain-lain. Bahkan perilaku ini bisa menjadi keuntungan bagi para pebisnis dalam menyusun strategi marketing.
Penerapan perilaku FOMO pada strategi marketing biasanya dikaitkan dengan kondisi tertentu. Apa dampak konsumen jika tidak membeli produk tersebut. Kenapa konsumen harus membeli produk tersebut sesegera mungkin.
Untuk memanfaatkan FOMO, kamu perlu mengubah caramu berkomunikasi dengan audiensmu dan menerapkan teknik yang berbeda untuk itu. Dengan begitu, kamu dapat membuat audiensmu memanfaatkan peluang yang kamu berikan kepada mereka.
Namun, untuk menerapkannya dengan baik, kamu harus terlebih dahulu memahami apa itu FOMO dengan lebih jelas
Daftar Isi
Apa itu FOMO
Fear of Missing Out (FoMO) atau rasa takut untuk ketinggalan mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik daripada Kamu. Ini menyebabkan rasa iri yang dalam serta memengaruhi harga diri Kamu. Ini sering diperburuk oleh situs media sosial seperti instagram dan facebook
FoMO bukan hanya perasaan bahwa mungkin ada hal-hal yang lebih baik yang dapat Kamu lakukan saat ini, tetapi juga perasaan bahwa Kamu kehilangan sesuatu secara fundamental yang dialami orang lain saat ini.
Ini dapat berlaku untuk apa saja, mulai dari pesta pada Jumat malam hingga promosi di tempat kerja, tetapi selalu melibatkan perasaan yang tidak berdaya bahwa Kamu telah melewatkan sesuatu yang besar.
Awal Mula Kemunculan FOMO
Gagasan bahwa Kamu mungkin melewatkan “waktu yang baik” bukanlah hal baru di era kita. Namun, meskipun mungkin telah ada selama berabad-abad (Kamu dapat melihat bukti FoMO dalam berbagai teks kuno), FoMO telah dipelajari selama beberapa dekade terakhir, dimulai dari makalah penelitian tahun 1996 oleh ahli strategi pemasaran, Dr. Dan Herman, yang menciptakan istilah “fear of missing out”.
Sejak kemunculan media sosial, bagaimanapun, FoMO menjadi lebih jelas dan telah dipelajari lebih sering. Media sosial telah mempercepat fenomena FoMO dalam beberapa cara. Ini memberikan situasi di mana Kamu membandingkan kehidupan biasa Kamu dengan hal-hal penting dalam kehidupan orang lain.
Oleh karena itu, perasaan “normal” Kamu akan menjadi terganggu dan Kamu tampaknya akan melakukan hal yang lebih buruk daripada teman-teman Kamu. Kamu mungkin melihat foto detail teman-teman Kamu yang menikmati saat-saat menyenangkan tanpa Kamu, sesuatu yang mungkin belum disadari oleh orang-orang pada generasi sebelumnya.
Media sosial menciptakan platform untuk menyombongkan diri; di sinilah setiap benda, peristiwa, dan bahkan kebahagiaan itu sendiri tampaknya bersaing pada saat-saat tertentu. Orang-orang akan membandingkan pengalaman mereka yang terbaik dan sempurna, yang mungkin membuat Kamu bertanya-tanya apa yang kurang dari diri Kamu.
Apa Efek samping dari FOMO ?
Dilansir dari situs halodoc dan popela efek samping dari fomo adalah
Membuat Prestasi Menurun.
FoMO bisa membuat anak mudah jadi kurang produktif akibat waktu mereka habis hanya untuk Bermain di media sosial Menyebabkan Gangguan Tidur.
Tubuh manusia pada dasarnya memerlukan jeda untuk mengembalikan beberapa fungsi tubuh supaya bisa kembali bugar dan segar. Oleh karena itu, mereka perlu tidur. Di masa kini, saat platform media sosial berkembang, manusia malah menggunakan waktu mereka beristirahat di malam hari untuk berkegiatan di media sosial.
Memunculkan perilaku konsumtif
keterhubungan atau konektivitas yang ada pada media sosial membuat semua orang menjadi tahu tentang tren yang sedang berkembang di belahan dunia manapun. Hal ini berdampak pula pada meningginya tingkat konsumtif para penggunanya, khususnya mereka para generasi millennial atau generasi Y. Mereka melihat tren tersebut menjadi sesuatu yang harus ditiru. Alhasil, mereka mengikuti tren tersebut tanpa melihat kondisi kesehatan finansial mereka.
Kecanduan.
Ini merupakan hal paling buruk yang terjadi pada mereka yang mengalami FoMO. Penggunaan media sosial yang berlebihan membuat mereka sulit lepas dari godaan untuk terus aktif menggunakannya. Kecanduan sosial media merupakan masalah kesehatan mental dan perlu mendapatkan perawatan profesional.
Lalu apa hubugannya sindrom fomo dengan Teknik marketing fomo ?
FOMO dalam pemasaran itu memanfaatkan rasa takut tersebut untuk membuat calon konsumen melakukan pembelian dengan lebih cepat. Sebab kalau tidak cepat, mereka akan ketinggalan sesuatu. Entah itu diskon, stok yang terbatas, atau yang lainnya.
FOMO ini sebenarnya bukan merupakan hal baru dalam dunia pemasaran. Sejak zaman sebelum ada internet pun, brand di seluruh dunia sudah menerapkan FOMO dalam strategi pemasarannya. Namun dengan kemunculan internet, strategi FOMO ini menjadi jauh lebih mudah dan lebih efektif untuk diterapkan.
Berikut adalah tips memkamuatkan fomo untuk bisnis kamu
Tips Memanfaatkannya Untuk Bisnis kamu
Tetapkan batas waktu
Menetapkan tenggat waktu sangat penting untuk marketing FOMO. Kita dibiasakan untuk menghormati tenggat waktu sejak masa kanak-kanak, dan ini biasanya membuat kita tertekan.
Hal ini berlaku saat kita membuat keputusan pembelian seiring dengan berjalannya waktu. Karena alasan ini, kita akhirnya melakukan pembelian impulsif.
Batasi Ketersediaan Produk Kamu
Strategi FOMO yang satu ini hampir mirip dengan poin sebelumnya. Bedanya, alih-alih menampilkan produk yang populer, Kamu justru menampilkan sisa stok produk tersebut.
Dengan cara ini, maka calon pelanggan Kamu akan tahu dengan jelas berapa sisa produk yang mereka inginkan sebelum mereka benar-benar kehabisan. Selain itu, kondisi ini akan menimbulkan sense of urgency kepada calon pelanggan untuk segera membeli produk Kamu.
Tawarkan Gratis Ongkir Terbatas
Survey menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang mengaku bahwa gratis ongkir adalah alasan utama mereka untuk memilih belanja secara online. Dengan kata lain, para pelanggan sangat menyukai gratis ongkir. Kamu bisa memanfaatkan rasa suka pelanggan inii untuk diterapkan dalam strategi FOMO dengan menawarkan gratis ongkir namun secara terbatas saja.
Memberikan Waktu Diskon Secara Terbatas
Semua orang tentu suka akan diskon atau potongan harga. Dari sisi konsumen, membeli produk dengan harga yang lebih murah dari harga aslinya adalah kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Pemberitahuan Penjualan Secara Real-Time
Manusia cenderung mengikuti hal yang dilakukan orang lain. Hal tersebut dinamakan social proof dan juga berlaku dalam dunia bisnis. Dimana seseorang akan merasa lebih nyaman untuk membeli suatu produk jika orang lain juga membeli produk tersebut.
Tunjukanlah Bahwa Banyak Orang Lain yang Membutuhkan Produk Kamu
Strategi FOMO memiliki dua efek krusial bagi calon pelanggan Kamu. Pertama, jika mereka tidak membeli sesegera mungkin, maka mereka akan kehilangan kesempatan untuk membeli produk Kamu. Kedua, jika mereka tidak membeli produk Kamu, maka mereka akan lebih cenderung mendapatkan produk yang sama dengan harga yang sangat jauh lebih tinggi.