12 Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang

Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang – Pada artikel kali ini, kami akan mengulas 12 tahapan siklus akuntansi perusahaan dagang yang dengan disusunnya Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang ini yang meliputi seluruh proses akuntansi mulai dari:

  • Neraca
  • Transaksi Perusahaan Dagang
  • Jurnal Khusus (Junal Penjualan dan Pembelian, Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran Kas)
  • Jurnal Umum Perusahaan Dagang
  • Buku Besar Pembantu (Buku Pembantu Piutang, Utang, dan Persedian)
  • Buku Besar Umum
  • Laporan Harga Pokok Penjualan
  • Jurnal Penyesuaian
  • Kertas Kerja (Neraca Lajur)
  • Laporan Keuangan (Laporan Laba Rugi, Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, Laporan Neraca)
  • Jurnal Penutup
  • Jurnal Pembalik Perusahaan Dagang

Aplikasi Kasir Untuk Segala Macam Jenis Toko-01

Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang

Sekilas tidak ada yang berbeda dari siklus akuntansi perusahaan jasa maupun dagang. Kegiatannya mulai dari pencatatan semua transaksi kedalam jurnal lalu di bukukan kedalam buku besar dengan kelompok akun yang sejenis. Pada akhir periode, setiap saldo dari semua rekening dihitung dan dicantumkan kedalam neraca lajur yang akan memudahkan proses pembuatan laporan keuangan.

1. Identifikasi Transaksi Jurnal Umum

Tahap siklus akuntansi perusahaan yang pertama adalah dengan cara mengidentifikasi transaksi yang terjadi pada perusahaan yang melibatkan semua akun. Contoh transaksi perusahaan dagang biasanya adalah pelunasan piutang dagang oleh pelanggan. Transaksi tersebut jika dicatat pada jurnal umum adalah sebagai berikut.  Contoh Jurnal Umum Perusahaan Dagang.

Nama Akun

Debet

Kredit

Kas         xxxx

Piutang Dagang                      xxxx

2. Jurnal Khusus

Bagi perusahaan yang mempunyai transaksi yang sedikit mungkin bisa saja hanya menggunakan jurnal umum untuk mencatat transaksinya. Namun bagaimana jika transaksinya sangat banyak?

Tentu akan sulit untuk mengkelompokkannya, jadi butuh jurnal khusus sebagai buku jurnal yang menjadi wadah untuk transaksi-transaksi tertentu. Penggunaan jurnal khusus dapat mengefisiensikan waktu tenaga dan biaya. Jenis-jenis jurnal khusus diantaranya :

  1. Jurnal Penerimaan Kas.
  2. Jurnal Pengeluaran Kas.
  3. Jurnal Pembelian.
  4. Jurnal Penjualan.

3. Buku Besar Pembantu

Setelah jurnal khusus yang dibuat untuk mencatat transaksi tertentu, perusahaan dagang pada umumnya juga membuat buku besar khusus atau biasa disebut dengan buku besar pembantu.

Buku besar pembantu adalah bagian dari buku besar umum yang bertujuan untuk merinci lebih lanjut data dalam satu akun. Pencatatan beberapa akun tertentu (akun piutang dan akun hutang) untuk kemudian dijadikan dasar informasi menyusun neraca saldo perusahaan dagang.

Jenis buku besar pembantu (subsidiary ledger) yang digunakan perusahaan umumnya terdiri dari

Buku besar pembantu utang (account payable subsidiary ledger). Buku utang berfungsi mencatat rincian utang menurut nama kreditor.

Buku besar pembantu piutang (account receivable subsidiary ledger). Buku piutang berfungsi mencatat rincian piutang perusahaan menurut nama langganan (debitor).

4. Posting ke Buku Besar

Tahap selanjutnya adalah memindahkan data dari jurnal umum kedalam buku besar. Selain daripada jurnal umum, pada perusahaan dagang informasi data buku besar berasal dari jurnal khusus. Peristiwa ini disebut dengan posting buku besar.

5. Laporan Harga Pokok Penjualan

Bila perusahaan dagang menerapkan metode pencatatan secara perpetual (fisik), secara otomatis besarnya harga pokok barang yang terjual bisa ditentukan saat terjadi penjualan sehingga saat membuat jurnal penjualan sekaligus mencatat harga pokok penjualan.

Namun perhitungan HPP tetap dianggap sebagai komponen dari laporan laba ruhi yang akan disajikan dalam laporan keuangan.

Perhitungan harga pokok penjualan disusun pada akhir periode akuntansi atau pada saat pembuatan laporan keuangan, dan laporan HPP disajikan secara terpisah dari laporan laba rugi.

6. Membuat Neraca Saldo

Informasi yang digunakan untuk membuat neraca saldo adalah berasal dari buku besar yaitu setiap saldo akhir pada setiap akun-akun. Posisi debet dan kredit harus balance, jika tidak balance artinya ada kesalahan saat mencatat dari buku besar.

7. Jurnal Penyesuaian

Pembuatan jurnal penyesuaian adalah akibat dari terjadi transaksi yang berpengaruh kepada sejumlah akun perusahaan dan terkadang memunculkan kehadiran akun baru. Contoh transaksi yang terjadi pada perusahaan dagang biasanya adalah sewa toko yang sudah jatuh tempo.

8. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Tahap selanjutnya adalah penyesuaian neraca saldo dengan jurnal penyesuaian yang menghasilkan neraca saldo setelah disesuaikan (adjusted trial balance).

9. Menyiapkan Laporan Keuangan

Tahap berikutnya adalah pembuatan laporan keuangan. laporan keuangan di buat dengan tujuan memudahkan pencarian informasi mengenai posisi keuangan perusahaan seperti keadaan harta, utang dan modal perusahaan.

Informasi yang digunakan pada laporan keuangan berasal dari neraca saldo setelah disesuaikan. Informasi tersebut bisa di dapatkan pada laporan keuangan yaitu laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan neraca.

10. Membuat Jurnal Penutup

Tahap berikutnya adalah membuat jurnal penutup dari akun-akun yang terdapat di laporan laba rugi yaitu akun pendapatan dan biaya.

11. Neraca Soldo Setelah Penutupan

Tahap ini adalah penyesuaian antara neraca saldo dengan jurnal penutup, kenapa harus disesuaikan ? karena untuk mencatat kembali akun-akun yang telah berubah baik saldo atau pun akunnya.

12. Jurnal Pembalik

Pada kondisi tertentu tidak perlu di buat jurnal pembalik karena jurnal pembalik dibuat hanya untuk akun tertentu saja, misalnya untuk trasaksi pendapatan yang diterima dimuka yang pada saat penjurnalan dicatat dengan sebagai pendapatan atau untuk transaksi biaya yang dibayar dimuka (piutang).

Makin Praktis Atur Stok Toko-mu Pakai Software Toko ITB POS-01