Ilustrasi agio saham – Bagi seorang pengusaha, memahami definisi agio saham adalah hal yang penting.
Pasalnya, agio saham dapat membantu kita mengetahui kekayaan bersih perusahaan yang diperoleh dari hasil jual-beli saham.
Namun, berbeda dengan perhitungan kekayaan perusahaan lain, nilai agio saham biasanya didapatkan dari selisih lebih setoran pemegang saham atau penjualan saham di atas nilai nominalnya.
Contohnya, sebuah perusahaan memiliki harga jual saham Rp10.000 per lembar, sedang nilai nominalnya Rp3.000 per lembar.
Jika demikian, maka agio saham perusahaan tersebut mencapai Rp7.000 per lembar.
Bagaimana?
Sejauh ini apakah kamu sudah mengerti alasan orang-orang menganggap agio saham adalah hal yang penting untuk diperhitungkan?
Daftar Isi
Devinisi Agio Saham
Sebagai pekerja di bidang perpajakan ataupun bidang keuangan, Anda pasti sudah sering mendengar istilah agio saham.
Agio saham adalah selisih lebih setoran pemegang saham di atas nilai nominalnya atau bisa disebut sebagai kekayaan bersih perusahaan yang diperoleh dari penjualan saham di atas nominalnya. Nilai agio ini diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli suatu saham.
Agio sendiri merupakan istilah keuangan yang juga memiliki beberapa definisi lain, seperti:
- Selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank saat penerbitan saham karena harga pasar saham lebih tinggi daripada nilai nominal.
- Selisih lebih baik antara nilai yang sebenarnya dengan nilai nominal atau nilai tukar, baik untuk instrumen efek maupun mata uang asing.
- Selisih lebih yang diperoleh dan pertukaran uang logam emas atau perak dengan uang kertas dalam valuta dan nilai nominal yang sama.
Dari penjelasan agio saham di atas, dapat diketahui bahwa agio saham sangat berhubungan dengan aktivitas keuangan dan investasi sebuah perusahaan. Meski begitu, nyatanya tak semua investor paham istilah ini.
Download Aplikasi Akuntansi ITB, Klik Disini !!
Ilustrasi Agio Saham
Awal pembentukan perusahaan
Kita asumsikan saja, jika Iqbal, Bobby, Tiara, Iman dan Martha ingin berinvestasi pada sebuah agio saham dan berencana membentuk sebuah perusahaan dengan modal dasar Rp100 miliar.
Pada tahap awal, kelima orang tersebut bersepakat menyetorkan modalnya masing-masing sebesar Rp 5 miliar.
Sehingga uang yang terkumpul sebagai dana awal membangun perusahaan menjadi Rp 25 miliar.
Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui jika kekurangan modal dasar mereka berlima adalah sebesar Rp75 miliar, dengan rincian:
Modal dasar yang harus dikumpulkan sebesar Rp100 miliar
Total modal yang disetor sebesar Rp25 miliar
Modal yang dicadangkan sebesar Rp75 miliar
Selain itu, kelima investor ini juga menyepakati jika saham dari perusahaan tersebut diberi nominal Rp1.000 per lembarnya (bisanya jumlah lebih, sesuai dari kesepakatan investor).
Dari kesepakatan di atas dapat diketahui jika masing-masing investor memiliki 5 juta lembar saham (ekuivalen dengan Rp5 miliar dibagi 1.000).
Sehingga, dibuatlah akta notaris untuk perusahaan tersebut.
baca juga : 6 trik menghadapi kompetitor
Operasional perusahaan setelah akta dibuat
Setelah memiliki akta atau pada saat awal perusahaan beroperasi, maka kita akan dapati tabel tentang struktur permodalan, persentase kepemilikan hingga saham beredar.
Saham yang belum dikeluarkan 75.000.000 lembar. Dalam neraca perusahaan pada bagian ekuitas akan muncul kira-kira nominal angka, sebagai berikut:
Ekuitas
Modal: Rp25.000.000.000
Laba ditahan: 0
Agio saham:
Total Ekuitas: Rp25.000.000.000
Seiring berjalannya waktu, kita asumsikan saja selama 3 tahun, ternyata perusahaan semakin berkembang dan berhasil membukukan keuntungan Rp35 miliar, tapi nilai tersebut belum masuk ke pemegang saham.
Sehingga, di dalam neraca perusahaan pada bagian ekuitas akan menunjukkan data sebagai berikut:
Ekuitas
Modal: Rp25.000.000.000
Laba ditahan: Rp35.000.000.000
Agio saham: 0
Total Ekuitas: Rp60.000.000.000
Baca juga : 9 tips melakukan riset pasar
Proses ekspansi perusahaan
perkembangan perusahaan yang semakin pesat, perusahaan lantas berniat melakukan ekspansi, sehingga dibutuhkan suntikan modal segar sebesar Rp300 miliar untuk merealisasikan hal tersebut.
Untuk mendapatkan modal ekspansi pemegang saham bersepakat melepas sisa saham berjumlah 75 juta lembar saham ke publik dengan harga Rp5.000 per lembarnya dengan mekanisme IPO.
Jika memang berhasil, maka perusahaan akan mendapatkan dana sisa hasil penjualan saham 75 juta lembar dengan nilai total Rp375 miliar, dengan perhitungan Rp5.000 dikalikan 75 juta lembar saham.
Pada nilai nominal saham per lembar sebelumnya Rp1000 terjual Rp5000 atau ada selisih sebesar Rp4000.
Selisih keuntungan tersebutlah yang nantinya akan dihitung sebagai agio saham.
Sedang, perusahaan sendiri mendapatkan tambahan ekuitas sebagai berikut:
-. Modal tambahan dari hasil IPO sebesar 75 juta lembar x Rp1000 = Rp75 miliar
-. Total modal = Modal sebelumnya + modal tambahan = Rp100 miliar
-. Agio saham dari hasil IPO adalah 75 juta lembar x Rp4000 = 300 miliar
Neraca pada bagian ekuitas akan menjadi:
Ekuitas
Modal: Rp100.000.000.000
Laba ditahan: Rp35.000.000.000
Agio saham: Rp300.000.000.000
Total Ekuitas: Rp435.000.000.000