Hah kosumtif ga selalu buruk !?, Ini 8 Dampak Perilaku Konsumtif Bagi Masyarakat Indonesia

Dampak Perilaku KonsumtifPada zaman yang serba ada ini, setiap orang dapat memenuhi kebutuhan dan keperluannya masing-masing

Dengan perkembangan yang teknologi yang semakin maju ini, mereka lebih sering terdorong untuk dapat mengikuti apa yang mereka inginkan dan lebih mudah terpancing oleh rayuan-rayuan para produsen  yang menawarkan berbagai macam barang dan jasa yang memicu masyarakat hingga berperilaku konsumtif.

Pola hidup konsumtif tak bisa dilepaskan dari gaya hidup modern yang serba praktis dan mobile. Hal ini tentu didukung dengan teknologi canggih yang berkembang begitu pesat sehingga memudahkan berbagai kepentingan dan yang terpenting adanya daya beli.

Di satu sisi, pola dan gaya hidup konsumtif memberikan kenikmatan dan kepuasan baik secara fisik maupun psikologis. Namun disadari atau tidak, gaya hidup konsumtif justru memiliki dampak kurang baik terhadap ‘kesehatan’ finansial. Konsumtif dapat diasumsikan sebagai pemborosan. Sementara pemborosan itu sendiri bisa dimaknai sebagai suatu perilaku yang berlebih-lebihan melampaui apa yang dibutuhkan.

Ketika masih memiliki daya beli, perilaku konsumtif memang mengasyikkan, kita bisa membeli segala sesuatu yang tak hanya sekadar apa yang dibutuhkan, tetapi juga yang diinginkan. Tanpa disadari, perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan bahkan mengendap membentuk karakter yang sulit untuk diubah apalagi dihilangkan. Jika sudah demikian, bayangkan apa yang akan terjadi saat daya beli tak mendukung lagi? Tentu saja ‘kesehatan’ finansial akan mengalami gangguan yang bisa jadi semakin kronis dari hari ke hari.

Pengertian sifat Konsumtif

Perilaku konsumtif adalah tindakan individu sebagai konsumen untuk membeli, menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, tidak rasional, menimbulkan pemborosan dan hanya mengutamakan keinginan atau kesenangan tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau manfaat dari barang atau jasa tersebut, bahkan hanya untuk memperoleh pengakuan sosial, mengikuti mode atau kepuasan pribadi.

Konsumen dalam membeli suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata-mata, tetapi juga keinginan untuk memuaskan keinginan dan kesenangan. Keinginan tersebut seringkali mendorong seseorang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Diantara kebutuhan dan keinginan terdapat suatu perbedaan. Kebutuhan bersifat naluriah sedangkan keinginan merupakan kebutuhan buatan, yaitu kebutuhan yang dibentuk oleh lingkungan hidupnya, seperti lingkungan keluarga atau lingkungan sosial lainnya.

Apa yang Menyebabkan Perilaku Konsumtif di Indonesia?

Banyak sekali factor yang menyebabkan perilaku konsumtif di Indonesia berikut adalah factor perilaku konsumtif  Menurut Facts of Indonesia:

Perspektif jangka pendek

Dalam melakukan pembelian, mereka cenderung tidak mempertimbangkan secara jangka panjang dan langsung bertransaksi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. mereka menyukai promosi dan diskon untuk produk yang mungkin tidak mereka butuhkan. Di sisi lain, kesadaran akan pentingnya kebutuhan jangka panjang seperti investasi dan asuransi justru sangat kecil.

Prestise

Prestise menjadi salah satu faktor utama dalam membeli suatu produk. Barang-barang branded dengan harga tinggi tidak hanya dibeli oleh masyarakat kelas atas, namun juga oleh masyarakat menengah. Prestise dan pujian yang didapatkan memberikan kesenangan tersendiri bagi mereka

Mengadaptasi teknologi

Anak muda masa kini cepat beradaptasi teknologi, seperti gadget, app, hingga fintech. Kemampuan adaptasi ini mempermudah mereka untuk melakukan transaksi e-commerce dan membeli produk di gerai ritel atau toko offline dengan aplikasi e-wallet. Banyaknya promosi yang ditawarkan oleh e-wallet juga mendorong banyaknya transaksi jual-beli.

Meniru public figure

Salah satu alasan mengapa influencer marketing banyak dilakukan oleh brands adalah karena kecenderungan mereka untuk meniru dan membeli barang yang dipakai oleh public figure. Tidak hanya influencer, shoppers juga suka meniru artis Hollywood dan penyanyi K-pop karena faktor rasa suka pada figur-figur tersebut dibanding dengan produknya sendiri.

Faktor-faktor ini menjadi penyebab perilaku konsumtif di  Indonesia.

Dampak Perilaku Konsumtif Bagi Masyarakat Indonesia

  1. Stress

    perilaku konsumtif yang sudah mencapai tahap kronis dapat menyebabkan stress jika mereka tidak mendapatkan kan barang yang diigninkan, Kita semua tahu bahwa keiingin dari suatu individu pasti ada tidak ada batasnya, hal itu berbanding terbalik bagi barang yang di jual, terlebih lagi barang yang diinginkan bersifat limited atau terbatas jumlah produksinya.

  2. Boros

    Boros merupakan sifat yang paling mutlak pasti ad ajika berhubungan dnegan sifat konsumtif, Demi mendapatkan barang mereka akan memberikan banyak uang demi memiliki barang tersebut.

  3.  Tak peduli alam

    Apa yang kita butuhkan berasal dari alam: makin banyak membelinya, makin banyak mengurasnya.

  4.  Individualisme

    Lebih penting harta daripada makhluk lain.

  5.  Benci budaya sendiri

    Banyak produk yang membuat orang konsumtif yang berasal dari negara lain.

  1.  Tindak Kejahatan

    Kondisi finansial yang tidak mencukupi gaya hidup konsumtif dapat menimbulkan tindak kejahatan seperti mencuri dan tindak kekerasan lainnya

  1. Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang,

orang akan mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya di masa datang.

  1. Mengurangi kesempatan untuk menabung.

karena orang akan lebih banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung.

Lalu apakah Konsumtif memiliki sisi postif ? tentu saja, Berikut adalah

Dampak Positif Perilaku Konsumtif Bagi Masyarakat Indonesia

  1. Dorong Kemajuan Ekonomi

Apabila melihat dari kacamata ekonomi mikro, tentu perilaku menabung atau menyimpang uang (saving money) itu baik karena dapat menciptakan akumulasi kekayaan bagi sang individu. Seperti nasihat yag kerap kita dengar sewaktu kecil, “rajin menabung, pangkal kaya”.

Beda dengan ekonomi mikro, dalam kacamata ekonomi makro, akumulasi kekayaan justru membutuhkan perputaran uang yang masif dan kontinyu. Gamblangnya, perilaku menyimpan uang justru tidak mendorong pertumbuhan ekonomi. Konteks ini membuat nasihat yang kerap kita dengar tersebut menjadi tidak relevan, dan sudah seharusnya diganti dengan “rajin berinvestasi, pangkal kaya”.

Sekarang coba bayangkan kondisi di mana setiap individu atau sebagian besar individu dalam suatu negara memilih menyimpan uangnya dibanding berbelanja, tentu akan membuat perekonomian negara tersebut menjadi stagnan.

Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, perilaku masyarakat memang harus konsumtif. Ini akan membuat instrumen-instrumen ekonomi menjadi hidup dan berkembang. Apabila masyarakat tidak berperilaku konsumtif, industri dan jasa yang tersedia tentu tidak dapat berjalan. Dengan kata lain, perilaku konsumtif masyarakat justru merupakan pasar yang menggiurkan bagi para pelaku usaha.

  1. indikator bagi bergeraknya roda perekonomian

Sekarang coba bayangkan kondisi di mana setiap individu atau sebagian besar individu dalam suatu negara memilih menyimpan uangnya dibanding berbelanja, tentu akan membuat perekonomian negara tersebut menjadi stagnan.

Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, perilaku masyarakat memang harus konsumtif. Ini akan membuat instrumen-instrumen ekonomi menjadi hidup dan berkembang. Apabila masyarakat tidak berperilaku konsumtif, industri dan jasa yang tersedia tentu tidak dapat berjalan. Dengan kata lain, perilaku konsumtif masyarakat justru merupakan pasar yang menggiurkan bagi para pelaku usaha.

Lalu perlukah sikap konsumtif di Indonesia di pertahankan ?

Jawabnya adalah Iya, Tapi sikap konsumtif yang bagaimana ?

Sifat konsumtif yang hanya membeli produk local lah jawabannya, dengan sikap itu maka ekonomi Indonesia akan maju, namun hal itu juga harus di batasi karna apa pun yang berlebihan tidak baik termsuk sifat konsumtif yang notabenya memiliki dampak negative bagi individu dan ekonomi mikro

 

sumber: https://www.sirclo.com/apa-yang-menyebabkan-perilaku-konsumtif-di-indonesia/